Kegilaan, itulah yang berserakan di jalan dan hanya orangorang gila yang melihatnya. Serupa hantu yang melihat sesama hantu dengan jelas, tanpa alingaling udara, debu atau cahaya. Orang waras tak melihat kegilaan yang menganga lebar di setiap jengkal jalanan kelabu. Orang waras menginjaknya tanpa sengaja. Membuat kegilaan itu menjadi geram dan ingin membalas dendam. Dengan cara paling licik dan tanpa ampun, cara yang tak mungkin dipahami oleh orangorang yang bahkan tak tahu kesalahannya sendiri, apalagi alasan, sebab dan tujuannya. Orang waras tak akan pernah tahu bahwa tanpa sengaja telah berjalan sembarangan, menginjak apa yang seharusnya dihindari dengan hatihati, sikap sopan, hormat. Bukannya malah tertawa cekikikan melihat orang gila yang tengah bicara dengan salah satu kegilaan yang baru diinjaknya.
Orang gila itu sedang membujuk kegilaan yang terluka oleh sikap orangorang yang menginjaknya karena tak melihatnya. Apakah perlu jadi gila untuk bisa berjalan dengan aman ? Tak ada yang bisa menjawabnya, bahkan tidak seorang gila. Dan kegilaan tak suka berbagi rahasia, kecuali mungkin kepada sekerumun belatung yang sedang menggeroti tubuh. Dan belatung tak bicara sepanjang waktu, hanya mengunyah daging manusia yang hampir membusuk. Suara giginya mirip suara mesin jahit yang dirawat baikbaik oleh pemiliknya, mesin jahit yang sering diminyaki. Bunyi tusukan jarum dan keluar masuk benang pada serat kain terdengar begitu menenangkan hati, melekatkan ingatan dan harapan pada selembar kain yang kelak akan dipakai untuk menutupi sesuatu, bisa tubuh, tempat tidur, meja makan, tekevisi, jendela, apa saja yang kausuka, apa saja yang ingin kaututupi atau kaualasi, agar lebih cantik terlihat*
Orang gila itu sedang membujuk kegilaan yang terluka oleh sikap orangorang yang menginjaknya karena tak melihatnya. Apakah perlu jadi gila untuk bisa berjalan dengan aman ? Tak ada yang bisa menjawabnya, bahkan tidak seorang gila. Dan kegilaan tak suka berbagi rahasia, kecuali mungkin kepada sekerumun belatung yang sedang menggeroti tubuh. Dan belatung tak bicara sepanjang waktu, hanya mengunyah daging manusia yang hampir membusuk. Suara giginya mirip suara mesin jahit yang dirawat baikbaik oleh pemiliknya, mesin jahit yang sering diminyaki. Bunyi tusukan jarum dan keluar masuk benang pada serat kain terdengar begitu menenangkan hati, melekatkan ingatan dan harapan pada selembar kain yang kelak akan dipakai untuk menutupi sesuatu, bisa tubuh, tempat tidur, meja makan, tekevisi, jendela, apa saja yang kausuka, apa saja yang ingin kaututupi atau kaualasi, agar lebih cantik terlihat*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar