by Dian Aza on Friday, April 8, 2011 at 3:36am
Aku menatap lorong panjang di matamu, terhampar bangkai bintang bintang. Kau berdiri tegak mengayunkan pelita dan tombak, ujungnya basah dan merah. Kalau aku berjalan lebih jauh searah punggungmu, akan kulihat lebih banyak lagi kematian. Kematian yang baru dilahirkan dari botol dan kalengkaleng terseret air, deras mengalir, mengguncang tembok tembok kota yang nyaris runtuh, sebentar lagi tenggelam penuh, tertimbun puing puing lampu*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar