Dini hari bernyanyi, denting embun, ruangmu. Cicak itu bertahan, dengan kaki kiri terkoyak, ekornya terlepas, hidup dan memanjat. Jemariku terus bernyanyi, denting embun, detak jantung. Kucing tertidur di atas selimut. Jiwaku berdenyut, kau hanyut, hanyut, tanpa takut. Aku mewarnai dinding, dengan katakata, menggambar luka. Bibirku tak pernah butuh pemerah, darahmu melekat. Nafasmu membentur dada, terbang, angkasa masih kelam. Tak menunggu fajar, burungburung berlayar, langit dan laut bertukar tempat, tuhan bertepuk tangan, kau hebat!
Cicak memanjat lebih tinggi, mendekati lampu, menjauhi dengkur kucing. Lampu berdoa, nyamuk sedang mabuk cahaya*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar