Kausodorkan lagi gelas anggurmu ke depan bibirku, sama merah, sama basah. Serupa jalanjalan di mana kita pernah melangkah. Menggantungkan kisah di dahandahan pohon, menerbangkan tawa di udara. Aku bukan malaikat, tak bisa terbang mengejar bahagia yang menguap lepas. Tapi, kau selalu menghembuskan hangat di tiap nafas, aku menghirup tak pernah cukup. Jantung bukan balon, tak bisa meledak meski terlalu banyak udara mengisi rongga dada. Tapi mata bukan bola kristal ajaib yang mahir membaca takdir. Biar bibir terus menenggak nikmat demi nikmat selagi sempat. Rapatkan saja jendela, biar hujan tak lagi meminta cerita.
Seteguk anggur dari gelasmu seharum musim hujan sepanjang tahun*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar