Maafkan aku sungai, maafkan aku tak lagi sesabar lumut menghidupkan batubatu. Entah, mungkin aku cuma debu, menempel di pipi anakanak penakluk siang di perempatan jalan. Kubuat airmatanya jadi lumpur ketika kepala kecil itu tertidur. Betapa keruh, maafkan aku*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar