Pohon cemara mahir berdandan, memasang hiasan cantik di sekujur tubuhnya, melingkarkan pita perak dan emas dari atas ke bawah. Bersinar cerah, anggun dan megah, seolah sedang tertawa bangga pada eloknya.
Sebuah kandang mainan beratap jerami berdiri di bawah pohon cemara cantik. Bintang besar benderang di atas atapnya. Dua patung malaikat berjaga. Di dalam kandang mainan patungpatung berdiri lugu, ayah dan ibu menatap bayi di atas palungan. Bayi berwajah cerah, berbaring di atas jerami, mengangkat tangan kecilnya sambil tersenyum manis. Beberapa ekor domba dan sapi berdiri dekat palungan. Beberapa sosok tanpa nama, penggembala domba dan sapi. Tiga ekor onta di pintu kandang, tiga patung raja berjubah megah memegang tali kekangnya, melongokkan kepalanya ke dalam kandang sambil membawa bingkisan, memandang patung bayi yang senyumnya tak pernah padam.
Lilin pada masingmasing tangan ratusan manusia, ruangan gelap, bagai malam diterbangi berjuta kunangkunang. Lagu merdu dan syahdu melayanglayang di udara.Wangi gaharu, percik air suci merambat sepanjang lantai, menyusup lewat celah pintu, menemui malam di balik dinding. Luas, remang, berasap, uap nafas bergumul resah. Menyapa temboktembok kotor, melenturkan tiangtiang lampu, serupa membelai ilalang, angin menyeret tiangtiang meliuk, merunduk, mirip nyiur di sepanjang boulevard, tak terlupakan.
Dermaga diam di ujung utara, kapalkapal bermimpi, lentera bergerak lamban diayun gelombang. Cakrawala melihat dengan mata setengah pejam, malam natal. Aku belum bertemu bintang yang sungguhsungguh bisa mengantarku ke pintu kandang. Mungkin aku dan natal pernah saling mencinta, natal selalu mengingatku, mengecup keningku, sentuhannya sedingin embun, tak mengusik semua yang sedang menyanyi sambil memegang lilin di sekeliling cemara cantik. Kandang itu hanya mainan, bintangnya terbuat dari kertas emas.
Aku berdiri sendiri, berteman hilang dan kupukupu malam. Sayapnya mengepak nakal di kelopak mata, suaranya semanis madu. Tunggulah kereta luncur terbang lewat, kakek santa akan membagikan hadiah. Sebuah dunia dalam gelembung udara, cemaracemara telanjang berlarian di sana, para gembala riang gembira, banyak kandang, domba gemuk dan sapi cantik tak terhitung. Tak perlu petunjuk bintang untuk sampai ke pintu kandang, melihat lelaki dan perempuan bahagia, memandang sayang seorang bayi. Hihihi...
Dentang lonceng terdengar dari kejauhan, serupa suara tawa ayah dan ibu ketika memandangku memasang pitapita perak di pohon cemara*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar