Minggu, 16 Januari 2011

musykil

Angin, aku ingin hening, diamlah sejenak, biar kudengar suara  udara keluar masuk di tubuhnya, mengisi paruparunya sesaat sebelum dihembuskan kembali kepada ruang. Harus kupastikan dia masih bernafas. Dengan paruparunya pula aku menghirup udara dan wangi musim semi di segala hari, dengan nafasnya hidupku berjalan melewati waktu dari pintu ke pintu.

Cukup sudah daundaun gugur mengingatkanku pada pergantian musim. Ketika saatnya dahan melepaskan helai demi helai daun, melambai pelan, melayanglayang, jatuh. Menjauh dari langit, daundaun hanya bisa menatap dahan, mengingat saatsaat erat berpegang, bersama melambaikan tangan ke arah tanah atau cahaya. Sesuka cuaca mengantar berkah.

Matahari boleh terbenam, boleh melukis langit seindah apa, boleh mengantar gelap ke semua celah. Tak akan mengusikku sedikitpun, tak akan membuatku lengah sekejap saja, tak akan kulepas pelukan baqa lengannya yang surga*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar