Aku menulis dengan buruk, seburuk kepalaku, terpuruk di kakimu, masih pula menampik sujud. Biar saja aku terus mabuk, berkerut, biar layak kauinjak kapan saja kausuka, biar pecah, berantakan, berserakan, biar tanah bersaksi, kau berdenyut di tiap serpih*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar