Malam selalu tentangmu tertulis di bukubuku, mengepakkan lembar demi lembar pengakuan. Genap ganjil hanya hitungan lupa bilangan, menunjuk pada halaman berapa, kata tamat mencatat riwayat tanah liat dalam bejana. Kubuka redup tutupnya dengan jarijari basah, baru berjabat tangan dengan hujan. Jauh, sungguh jauh air terbenam, tempurung lututku mencair sujud, mengeluh sebelum bersimpuh.
Sebelum bejana pecah, ada sekerat jiwa tak pernah utuh, ingin tidur lelap dalam ringkuk tubuh bocahbocah yang letih melipat burungburung dari sobekan bukubuku*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar