Minggu, 16 Januari 2011

mozaik

Aku tak suka kata aku, seperti genta bising dari guagua asing.  Aku keluar masuk tubuhku, melupakan sopan santun, melupakan gugus bintangbintang dan ramalan. Aku kucing manja tuanku, naik ke meja makanku, mencuri ikan gorengku, mengotori piringpiringku, memecahkan gelasku, tak mampu marah dan membenciku. Setalah kenyang, aku melompat turun, berjalan anggun ke kamar tidur, mloncat ringan ke tempat tidur, memilih tempat paling hangat, mungkin di atas bantal yang menyimpan wangi rambut, aku berputar, merenggangkan tubuh, akhirnya bergelung, memejamkan mata. Aku tidur.

Aku tak tega membangunkan mahluk yang tidur pulas di atas bantalku, dia begitu manis. Maka aku duduk di kursi, mencoba mengingat saatsaat indah aku yang tertidur itu mondarmandir di kaki, menggosokkan punggung dan hidung pada tungkaiku. Aku tersenyum. Aku suka aku yang berbentuk kucing. Aku, kucing itu mahir menciptakan suarasuara merdu, giringgiring kereta luncur. Aku senang, mulai menggambar tempat ibadah dengan menaramenara permen, warnawarnanya cerah, sebuah kue tart raksasa. Ulang tahun tuanku. Aku mewarnai dengan krayon,gambargambarku.

Dinding kamarku bercahaya, lampu menyala, lalu tangantangan bertepuk. Seekor babi menari, diiringi musik klasik, bajunya sempit, penuh hiasan pita dan renda merah muda. Kucing terbangun. Ini baru bagian pertama, aku berkata pada kucing, tidurlah kembali, aku mengelus kepalanya,  kucing menunduk manja, merapatkan tubuhnya, aku menutup matanya. Aku ingin meminta bantalku, tapi tak ingin mengusir kucing. Lebih baik kucing tidur pulas di atas bantalku, daripada mondarmandir gelisah dalam tubuhku. Aku perlu istirahat dan menulis surat, mungkin membuat istana.

Kemarin, sudah kubeli sebungkus permen karet berhadiah istana, mulanya hanya sekeping plastik bergambar, harus dipisahkan dulu setiap keping bagiannya, baru dirangkai kembali jadi bangunan empat dimensi, istana mungil, sebuah menara di kota cinta. Begitu mudah dan sederhana membuatnya, menara cinta berdiri megah di atas layar monitorku, betapa senangnya. Aku mesti jadi semut untuk memanjatnya, kucing mestinya bisa jadi semut, tapi kucing masih tidur. Tak sabar menunggu kucing terbangun, aku mencaricari di remahan roti, aku ingin menemui semut penghuni lantai kamarku. Semutsemut yang biasa memanjat gelas tehku.

Pasti ada semut juga dalam tubuhku, semut yang akan memanjat menara di kota cinta buatanku. Aku pernah bertemu rusa, serigala, ayam, gajah, bahkan beruang kutub dan ikan paus dalam tubuhku. Tapi semut memang sulit terlihat mata, terlalu kecil, sampai semut menggigitku. Aku berharap semut sedang usil, mau menggigitku segera, aku ingin memanjat menara cinta di atas monitorku, tujuh keajaiban dunia. Ahh, kucing ternyata sudah sampai di pintu pyramid. Aku senang, lalu teringat aku juga burung merpati. Tak perlu semut susahsusah memanjat, biar burung merpati saja, terbang langsung ke puncak menara.

Aku hanya belajar menyukai gambargambar tuhan. Kau ingin mengantarku ke dokter jiwa, kau pasti lelah. Akan kuusir kucing dari bantalku, agar kau bisa tidur. Aku masih dalam perjalanan pulang. Nanti, akan kutunjukkan catatan perjalananku, setelah membacanya kau bisa mengerti kenapa aku sering senyumsenyum sendiri*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar