Minggu, 16 Januari 2011

udara...

Kau curang, bekedok pemberi nafas,kau keluar masuk dadaku sesuka hati. Kaucuri jiwaku, kau bawa pergi, aku bernafas tanpa rasa, tanpa jiwa. Kau terbangkan kemana jiwa, aku masih berdiri, berbaring, berpikir, bertanyatanya kemana jiwaku, pada siapa dan apa saja yang ada di dekatku, adakah yang tahu kemana jiwaku.

Kau terus keluar masuk sesukamu, bersilap seolaholah jiwaku masih ada. Aku terus bertanya. Suatu pagi sebatang rumput jatuh iba dan berkata, usah kautanya lagi, angin menerbangkan semua jiwa ke bukutbukit, menjatuhkan sebagian ke tanah, menumbuhkan ilalang, sisanya akan di tanam kemudian, selembar papan kayu akan tumbuh, menulis dan memanggilmu.

Aku menunggu*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar