Ini adalah kepergian yang kesekian, kepergian bertopi dan bermantel hitam. Serupa pesulap, membawa kartu, tali, tongkat dan kubus bertutup geser di kedua sisinya.
Dunia perlu sihir, dunia ingin lahir dari kaki bayi. Sepasang kaki montok menendang udara, titiktitik bintang bergolak di sekujur tubuhnya.
Awan bergulunggulung, naga menyemburkan api, mengincar bulan, untuk ditelan. Pertunjukan megah. Apakah itu dewi, duduk di atas daun teratai yang tumbuh di kolam halaman sekolah. Atau hanya katak betina. Bunga teratai mengangguk angguk, sayap capung menggetarkan air.
Aku harus pergi, untuk kesekian kali, mengalahkan naga, melindungi bulan, menjaga bintang. Tapi sebelumnya, aku harus jatuh cinta, menyulap lantai jadi permadani ajaib yang melahirkan musim semi di atap rumah. Musim mekar, musim bersinar, waktunya bangun tidur, mengucapkan mantra berulangulang. Melubangi dinding, seekor kuda putih bertanduk satu lahir dari buku.
Bayi sudah bisa berdiri, bermain dengan kuda putih bertanduk satu. Aku mengasah pedangku, sangat merindukanmu, teringat kelinci putih, dulu kaupetikkan untukku dari bulan kala purnama. Aku harus pergi, menemuimu di menara istana paling tinggi, kau pasti menanti, bersandar di ambang jendela sambil meniupkan gelembung sabun, berulang ulang mengharumkan semesta. Kubayangkan sebuah taman dan musim bunga, akan kusulap dari kartu, untukmu. Setelah kutikam naga, setelah api jatuh ke bumi, membakar malam*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar