Seharusnya aku diciptakan cumicumi raksasa, dengan kantong tinta besar menempel di perut. Agar bisa kutulis sajak pada gelombang, tanpa jeda. Aku terus menulis, menunggu badai mengamuk, mengaduk laut. Menjulangkan ombak tinggitinggi, memadamkan matahari. Dengan begitu mungkin kau akan berpaling, menyingkirkan teriakan kapalkapal ke daratan.
Tintaku menghitamkan laut. Hitam paling kelam. Lebih pekat dari malam ketika segenap bintang sebisu bangkai lampu, pecah berserakan di dermaga. Biar tak ada kapal berani berlayar. Samudra kosong membentang, hanya binar mataku mengapung, melayarkan rindu paling nanar, karam di karangmu paling tajam*
Tintaku menghitamkan laut. Hitam paling kelam. Lebih pekat dari malam ketika segenap bintang sebisu bangkai lampu, pecah berserakan di dermaga. Biar tak ada kapal berani berlayar. Samudra kosong membentang, hanya binar mataku mengapung, melayarkan rindu paling nanar, karam di karangmu paling tajam*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar