Minggu, 16 Januari 2011

'atau'

Dengan apa harus kugenggam kau, selain hujan, senja dan sebuah nama yang menatap dari puncak ombak. Aku harus menuliskanmu selalu, caraku menyentuhmu. Dengan kalimatkalimat, menyuarakan hujan secara pelahan, dari halilintar hingga desir air tersapu angin, menerpa kepala, setelah hujan melewati atap rumahku. Sunyi kembali, sehening pasir berjatuhan dalam tabung waktu. Aku tak bisa tak kembali melukiskanmu, terkurung dalam rindu tak berpintu. Jika sebuah ruang, bisa kurobohkan dindingnya, meski jarijari memar, ruas tulang letak.

Tapi kau adalah padang, membentang, tak terukur panjang, aku terus berlarian di  hamparnya, menari, mengejar kelinci atau belalang di rerumputan. Kau tak lelah menjaga, tanpa lengan, tanpa tangan kau memegang. Menghempaskan ombak entah dari mana, menyentuh wajah, sejuk berkilau. Hujan pasir meneduhkan mata.

Hujan atau ombak, tak mencegah matahari tenggelam di pundak kirimu. Seluruh butir pasir telah jatuh, tertidur di dasar tabung, saatnya membalik waktu.  Aku rebah di atas tanah, membentangkan lengan untuk ombak atau hujan yang mungkin mengantar senjamu pulang*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar