Duhai kau, yang tertidur di teras rumahku, jejak siapa kaumimpikan di situ. Beritahu aku, kapan saatnya aku boleh memenggal mimpimu.
Warnanya mungkin ungu , merah jambu, atau jingga, semua warna yang tak berdiri sendirian di cakrawala. Warna mimpi manusia kurasa sama, malam saja memetik di lembah berbeda.
Duhai kau, sampai kapan kau diam, pejamkan mata, tanpa isyarat menunjukkan tenggat, di mana sebarisan iklan diputar, menghentikan kisah sejenak. Aku sangat ragu menyentuh pundakmu, menebaknebak sinar matamu ketika kau terjaga memandang udara. Mimpi mungkin sedang berdansa.
Pakaiannya mungkin terkoyak pucukpucuk bintang, terlalu lincah berputarputar. Langit malam di kening sudah menipis, sebening nafas nabi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar