Aku pernah bertemu kepala itu, bergantungan di tiang gantungan mengejek malam. Mungkin di sebuah malam lain yang tersesat di jantungmu. Bagai anak panah merengek kehilangan busurnya, aku kabur kembali dalam bilik tak berlampu di sebelah rusukmu. Tapi kau mampu membelah dadamu, menarik keluar jantungmu, menemukanku. Mengembalikanku jadi lembing di ujung tombakmu. Menikam anakanak rusa saat sedang menggali salju. Darahnya sungguh merah, lebih merah dan lebih hangat dari lidah matahari, membasahi dada bumi menjelang musim semi.
Anakanak rusa belum mati, menangis, menggigil menahan perih, aku berdoa. Semoga pak tua dan kereta luncurnya segera kembali. Semoga anakanak rusa sempat bertemu induknya sebelum terlambat. Induk rusa sedang mengantar pak tua membagibagikan hadiah untuk anakanak manusia.
Aku terus berdoa, memohon tuhan mengembalikan kepalaku ke tiang gantungan, aku hanya ingin berayun mengejek malam*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar