Minggu, 16 Januari 2011

payung pelangi

Aku menanammu dalam mataku, kau tumbuh, rimbun, teduh, melindungi mata. Payung yang terbuat dari pelangi. Baru sekarang kutulis tentang payung pelangi, terbuat dari genangan air yang memercik sinar. Kuingat kalimatmu, meski kautuliskan di benam beribu malam dalam catatan hujan. Sudah begitu lama kusimpan. Mungkin kausangka tak akan pernah kutuliskan, saat kautanya, maukah kubuat puisi itu.

Aku sengaja menunggu malam tanpa hujan, untuk mengenakan payung pelangi yang kautanam dalam ingatan hujan, pagi basah berkilau, wangi bunga matahari, mungkin tak mengingatmu atau aku. Musim mudah melupakan. Aku mengingatmu ketika semua berlalu, saat hujan merapuh, genangan air hilang ditiup angin, lubang jalan mengering.

Waktu mendongakkan kepala, malam membentang terang, indah, lembut dan tembus pandang persis kaubilang, payung pelangi meneduhkan hati*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar