Minggu, 16 Januari 2011

sawan

Melipat hutan lalu memasukkannya dalam tas. Pucukpucuk pinus menusuk punggungku, kicau burung, lengkingan beruk, teriakan tonggeret, angin mengaum di sela daun. Aku berjalan menggotong musim, terlalu panjang dan banyak suara. Hingar teredam, mengarah kepada gambargambar, sketsa mencari wajahmu.

Akar pohon menenggelamkan tubuhtubuh sepi yang tumbuh dipundakku.  Hutan semakin lebat, menggeliat dalam lipatan. Aku berjalan kian cepat, mencari bangunanbangunan tua dalam matamu, di sana hutan hendak kutanam. Sepasang burung gagak sudah kawin, perlu sarang menelurkan bunyi kematian.

Bukan sayang,  kita harus berbulan madu, hanya dengan lipatan hutan dan sepasang kaos kaki yang tersesat di musim semi. Rambutku meleleh, leherku meleleh membasahi lipatan hutan dalam tas punggung. Betapa gurih bungabunga cengkeh, sayatan kulit pohon kayu manis, beribu lembar daun salam berguguran. Handphoneku melesat, menabrak dinding, pecah berkepingkeping, kupungut hatihati, kuselipkan dalam lipatan hutan.

Malam sama panjang dengan malam yang sebenarnya malam di hutanhutan. Paruh gagak patah, pecahan handphone bertambah gusar, merapat dalam lipatan hutan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar