Sebaris perih, mengeluh kepada puisi, suaranya mirip seekor anak kambing baru lahir, belum juga bisa berdiri, ringkih, takut kehilangan induknya. Kenapa hanya manusia yang bisa didengar isaknya. Bulan tak ada. Bintang tak ada. Jalan dan jembatan berdiri sendiri, memandang malam berwajah muram dari balik mendung. Lampu berusaha menghibur. Tapi, hanya kepada puisi hati boleh merintih*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar