Rabu, 05 Januari 2011

mati suri

Aku harus pergi siang ini, menemui pelangi. Tapi hujan belum juga menjemputku. Aku menanti lama, hampir putus asa, ketika gemuruh petir menyambar dada. Jantungku terbelah, pecah. Hujan deras tercurah, membasahi tanah dan remukan jantungku. Orangorang datang membawakan payung, mengajakku berlindung. Aku menolak, aku harus menemui pelangi. Orangorang tak mendengarku, terus menyeretku ke tempat teduh, menyelimutiku, membungkus tubuhku dengan kain putih.

Jantungku meronta, geram, tak berdaya. Hujan mulai reda, pelangi pasti datang sebentar lagi, menungguku di lapangan, di mana aku dan pelangi mengikat janji. Tapi orangorang membungkus tubuhku rapatrapat, aku tak bisa bergerak. Suara oarangorang kudengar macam dengung sayap nyamuk.

Tibatiba, pluk..! Seekor cicak gendut mendarat di tulang pipiku, waktu melesat, gerak cepat, seekor kucing meloncat, berniat menerkam cicak. Ekor cicak terlepas,  cicak berlari, entah kemana. Kucing menggigit ekor cicak, melewati leherku, berjalan dan berlalu. Tibatiba kudengar ruangan gaduh, dengung nyamuk berganti teriakan nyaring, macam suara hutan waktu malam, orangorang berhamburan ke segala arah.

Aku bisa bergerak, melebarkan tangan dan kaki, aku segera berdiri, setengah berlari, kembali lapangan, tak peduli semua teriakan. Hujan tinggal gerimis. Angkasa berkarat, tak kulihat pelangi muncul di langit manapun. Aku menjatuhkan diri di rumput, menangis dan terus menangis, tanpa henti, memohon petir kembali*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar