Minggu, 03 Juli 2011

yang tersurat

by Dian Aza on Monday, June 27, 2011 at 7:25am
Kertas menguasai hidup manusia. Lebih ngeri lagi, tak ada yang menyadarinya. Tak ada sesuatu yang begitu berkuasa namun tak kentara seperti kertas. Kertas kertas menjadi pintar karena manusia menuliskan ilmu padanya. Kertas kertas telah belajar bersikap pasrah dan rela ditulisi dan dijadikan apa saja hingga tak ada seorangpun merasa terancam akan kehadirannya, caranya mengendalikan dunia manusia.

Kusadari aku tak berarti tanpa kertas. Tak ada yang percaya namaku jika belum tertulis atau tercetak di atas kertas. Tak ada yang percaya sepasang manusia telah memutuskan saling mencintai sepanjang usia jika tak mengurus surat nikah, terbuat dari kertas. Sesorang bisa saja tak punya sanak keluarga kalau tak tercatat pada selembar kertas. Parah sekali, sampai sampai seorang ibu tak bisa mengakui telah melahirkan seorang anak jika tak ada selembar kertas yang menerangkan demikian adanya.

Percuma saja menyelesaikan masalah, menjadi bijak atau pandai, mempunyai harta benda bergerak atau diam. Percuma semuanya jika tak punya ijasah, sertifikat yang semuanya kertas. Kertas kertas sangat berkuasa. Tak peduli manusia bejat atau penjahat, cukup dengan menunjukkan selembar kertas bernama surat keterangan berkelakuan baik, semua akan percaya manusia itu memang seorang yang benar. Aku merasa keterlaluan. Bukankah kartu kartu juga berbahan kertas, tarot, remi, domino, kwartet, dan semua kartu lain yang dipakai untuk bermain. Kekuasaan kertas serasa tak terbatas.

Kertas kertas semakin merajalela sesudah tercetak gambar dan angka tertentu yang kemudian menjadi nilai nominalnya. Manusia saling menukarkan semua yang dibutuhkan dengan selembar kertas bernama uang. Uang memberi manusia minum dan makan, tidur dan berpindah tempat, datang dan pergi, sehat dan sakit, senang dan sedih. Seluruh keadaan serta peristiwa dalam hidup manusia ditentukan oleh apa yang tertulis dan terbaca di atas kertas. Tak ada urusan apapun dalam hidup manusia yang lepas dari ikatan dan ukuran yang ditentukan dan tertera pada selembar kertas. Bahkan di saat wafatpun, meski semua kepala sudah menyaksikan dengan pasangan matanya masing masing jasad dikuburkan, masih saja harus ada pernyataan tertulis di selembar kertas bahwa seseorang telah wafat, namanya akta kematian. Adakah yang lebih mengerikan dari kenyataan kertas telah makan tuan.

Dengan galau kurobek kemudian kuremas setiap kertas yang terjangkau tanganku. Aku baru sadar beberapa saat kemudian telah kurobek dan kuremas pula  kertas catatan obat yang harus kubeli di apotik. Biarlah, lebih baik aku tak usah beli obat, lagi lagi berurusan dengan kertas, memuakkan. Kupikir lebih baik mati dari pada hidup dijajah kertas.

Siapa sih yang pertama kali menciptakan kertas, apakah penemu kertas menyadari betapa gawat benda temuannya, seburuk apa kertas kertas menindas manusia. Terakhir, masih jelas kuingat beberapa hari yang lalu seorang perempuan baru saja dihukum pancung, penyebab utamanya pasti berkaitan dengan kertas, apa lagi, tak ada yang bisa seperti kertas. Perempuan itu berada di tempat dan waktu yang jauh dan salah demi setumpuk uang, kertas. Perempuan itu harus dipancung karena kesalahannya melanggar salah satu perkara yang tertulis pada kitab, kertas. Tak ada yang mendengar peristiwa yang sebenarnya terjadi jika tak tercatat pada kertas.

Adakah jalan keluar bagi manusia, agar tak lagi sengsara, agar kertas kertas tak lagi dengan seenaknya mengendalikan hidup manusia. Mungkin dunia manusia bisa lebih masuk akal jika tak ada semua kitab dan buku buku, segala macam surat keterangan yang lebih dipercaya segenap penghuni dunia dibanding jawaban yang terucap dari bibir seorang manusia. Alangkah tak tertahankan untukku hidup di bawah tekanan segala macam jenis benda yang tak satupun terlepas dari campur tangan kertas. Mampukah kurobek dan kuremas setiap lembar kertas di dunia.

“Dilipat jadi burung atau pesawat terbang saja ya…” Sebuah suara terdengar begitu menyenangkan juga menenangkan. Seorang anak kecil yang bicara, dia kelihatan tak mengerti melihat serpihan dan gumpalan kertas cukup banyak di atas meja dan lantai. Lelaki kecil yang nampak menakjubkan itu anakku, begitulah yang tertera pada selembar kertas bernama akta kelahiran, kalau tak tertulis demikian adanya sangat sulit kiranya bagi dunia untuk percaya*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar