by Dian Aza on Sunday, June 26, 2011 at 7:17am
Para binatang tak perlu mengganti kulit dan bulu bulunya ketika musim berubah. Manusia memakai mantel di musim dingin tetap menggigil. Baju sederhana berbahan ringan di musim panas masih terasa gerah. Aku tak mengerti, manusia lebih mengandalkan baju dari pada otak untuk mengatur suhu tubuhnya. Aku jadi terkenang alangkah senangnya jadi berang berang, bebas berenang renang di arus sungai, membangun rumah dari seonggok sampah. Mengejar, menangkap dan melahap ikan ikan segar. Tak ada yang sebaik ikan mengasup nutrisi bagi tubuh dan otak, lemak tak jenuh untuk merawat jantung. Tertulis di majalah, daging ikan mengandung lebih dari satu macam omega yang terdapat angka di belakangnya.
Sesungguhnya tak ada satu berang berangpun yang paham tentang kesehatan. Berang berang hanya tahu memuaskan rasa laparnya sendiri, menghalau kedinginan dan kesepian dengan bermain, menyelam tanpa hiraukan basah. Berang berang selalu basah, timbul tenggelam di permukaan sungai, mungkin sejenak duduk berjemur menikmati hangat matahari, tidur selama waktu membeku. Dan ikan ikan tak pernah cemas akan kehilangan kehidupan ketika menjadi santapan berang berang.
Aku masih manusia yang gemar berangan angan tentang berang berang. Tak tahu mengatakan terima kasih pada kucingku yang membagi kepala ikan dari meja tetangga, diletakkannya di depan pintu kamar, menatapku dengan pandangan tak mengerti waktu kukatai dia nakal, pencuri yang nakal berbulu hitam putih, berekor panjang. Jadi rada mirip berang berang, sekujur tubuh kucingku basah kuyup disemprot air dari selang milik rumah sebelah. Penghuninya pasti manusia juga, tak jauh bedanya denganku, mungkin juga sering berangan jadi berang berang, doyan makan ikan.
Memandang kucingku sibuk mengeringkan tubuh dengan lidahnya aku teringat pada selembar handuk, tebal, hangat dan lembut*
Sesungguhnya tak ada satu berang berangpun yang paham tentang kesehatan. Berang berang hanya tahu memuaskan rasa laparnya sendiri, menghalau kedinginan dan kesepian dengan bermain, menyelam tanpa hiraukan basah. Berang berang selalu basah, timbul tenggelam di permukaan sungai, mungkin sejenak duduk berjemur menikmati hangat matahari, tidur selama waktu membeku. Dan ikan ikan tak pernah cemas akan kehilangan kehidupan ketika menjadi santapan berang berang.
Aku masih manusia yang gemar berangan angan tentang berang berang. Tak tahu mengatakan terima kasih pada kucingku yang membagi kepala ikan dari meja tetangga, diletakkannya di depan pintu kamar, menatapku dengan pandangan tak mengerti waktu kukatai dia nakal, pencuri yang nakal berbulu hitam putih, berekor panjang. Jadi rada mirip berang berang, sekujur tubuh kucingku basah kuyup disemprot air dari selang milik rumah sebelah. Penghuninya pasti manusia juga, tak jauh bedanya denganku, mungkin juga sering berangan jadi berang berang, doyan makan ikan.
Memandang kucingku sibuk mengeringkan tubuh dengan lidahnya aku teringat pada selembar handuk, tebal, hangat dan lembut*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar