Minggu, 31 Juli 2011

kediaman

by Dian Aza on Sunday, July 17, 2011 at 1:18am
Di sebuah jaman di negeri yang mahir menuliskan sejarah, si bisu mati tertikam kata katanya sendiri. Si buta menggambar peta, si tuli bernyanyi. Lalu orang orang bijak berencana mendirikan sebuah prasasti di ibu kota, agar masa depan mengingat para pahlawan yang gugur terkubur kemenangan. Hanya sebuah lagu pada upacara bendera, hanya menyenangkan topi, sebelum mampir di warung kopi.

Satu bintang kuning untuk yang berdiam di atas langit. Rantai pengikat hasrat. Pohon keramat. Seekor kerbau jantan. Sejauh jarak bunga bunga kapas dan beras. Dapur dan tempat tidur, di sana kukenang burung burung di dinding ruang ruang penting. Riwayat hutan di meja rapat, kertas kertas bermeterai, stempel dan tinta, palu dan kitab beribu pasal kesalahan. Burung pembawa perisai selamanya cuma menoleh ke satu arah*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar