by Dian Aza on Thursday, June 30, 2011 at 12:40am
Seorang penyayang kupu kupu tak akan membunuh seekor ulat bulu yang tiba tiba kedapatan merambat di atas lengannya betapapun dia terkejut dan merasa ngeri. Dia tahu ulat bulu akan membuatnya tersiksa dengan rasa gatal tak tertahan. Penyayang kupu kupu hanya akan mengibaskan ulat bulu dari lengannya, pelan saja agar ulat bulu tak cidera. Tanpa menghiraukan rasa tak nyaman di lengannya dia akan mencari sebatang ranting untuk memungut ulat bulu yang terjatuh, meletakkannya dengan hati hati pada sehelai daun. Berharap ulat bulu melanjutkan hidup, memakan daun sampai tiba waktunya membungkus tubuh menjadi kepompong, bertapa hingga tumbuh sayap, terlahir kupu kupu. Rasa gatal dan perih pada lengannya akan berangsur hilang, meninggalkan jejak samar luka luka lecet akibat terlalu keras menggaruk.
Setiap kali terpandang tak sengaja bekas luka pada lengannya, penyayang kupu kupu tersenyum melihat seekor kupu kupu hinggap di situ. Kupu kupu tercantik yang pernah dilihatnya. Tak pernah terbang jauh meninggalkan lengannya, selalu terbang berputar putar, sesekali hinggap pada bekas lukanya seakan akan sekuntum bunga*
Setiap kali terpandang tak sengaja bekas luka pada lengannya, penyayang kupu kupu tersenyum melihat seekor kupu kupu hinggap di situ. Kupu kupu tercantik yang pernah dilihatnya. Tak pernah terbang jauh meninggalkan lengannya, selalu terbang berputar putar, sesekali hinggap pada bekas lukanya seakan akan sekuntum bunga*
mungkin mirip landak di kebun kaktus
BalasHapus