by Dian Aza on Tuesday, July 12, 2011 at 11:25pm
Sesaat kemudian kedua orang yang sedang bertempur terdiam. Rebah berhadapan. Masing masing meletakkan senjata, saling memandang, mencoba mengingat aroma ladang sebelum tercemar mesiu. Bau arang dari tungku dapur yang tak pernah tidur. Lalu mereka terjaga oleh sapaan luka, di lambung dan dada. Ada yang meronta di saku celana, selembar surat lusuh dan seraut wajah dalam foto. Seharusnya salah satu dari mereka melanjutkan perjalanan mengirimkan pesan. Tapi tidak, keduanya kini sahabat karib. Segera setelah perih mereda mereka bertukar surat dan gambar, tertawa bersama tentang kekonyolan bahasa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar