by Dian Aza on Sunday, July 17, 2011 at 3:18pm
Pesta topeng sudah usai, orang orang masih sibuk mencari wajahnya sendiri sendiri. Tepat tengah malam ketika lonceng tanda berganti hari berdentang topeng topeng sempat menyembunyikan wajah di kegelapan, di bawah meja, di balik tirai, di belakang jambangan besar. Sesaat sebelum lampu menyala kembali topeng topeng berlagak baik hati kembali ke tempatnya masing masing, pura pura menutupi kepala yang telah kehilangan wajah.
Sudahlah, dalam suatu masa setiap kepala pasti pernah ingin mengubah dunia. Kepala kepala mulia bertopeng megah, dengan hiasan paling elok berkilau. Saling menyapa, membungkuk, menyepuh pikiran buruk dengan serbuk putih.
Dini hari, kepalaku menemukan wajah, berlubang lubang digerogoti topeng binatang bertaring. Topeng binatang bertaring berkata,”Itu hanya prasangkamu saja.”
Topeng ksatria berkata,”Kepalanya memang penuh bangkai.”
Kepalaku tiba tiba tak ingin mengakui wajahnya sendiri*
Sudahlah, dalam suatu masa setiap kepala pasti pernah ingin mengubah dunia. Kepala kepala mulia bertopeng megah, dengan hiasan paling elok berkilau. Saling menyapa, membungkuk, menyepuh pikiran buruk dengan serbuk putih.
Dini hari, kepalaku menemukan wajah, berlubang lubang digerogoti topeng binatang bertaring. Topeng binatang bertaring berkata,”Itu hanya prasangkamu saja.”
Topeng ksatria berkata,”Kepalanya memang penuh bangkai.”
Kepalaku tiba tiba tak ingin mengakui wajahnya sendiri*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar