Minggu, 03 Juli 2011

di pasar burung

by Dian Aza on Wednesday, June 29, 2011 at 3:30pm
Untuk siapa burung bernyanyi, belum sekalipun sempat kutanyakan kepada batang batang kayu pengurung ruangnya. Burung terus berbunyi, seperti bernyanyi, seperti memanggil manggil yang tak ada di sini.  Akankah berbeda jika manusia suci yang mendengar kicaunya, akankah jadi serupa nada nada syukur atas makan dan minum yang didapat tanpa perlu beranjak. Bagaimana kalau seorang pemburu, akankah kicau burung terdengar serupa rintihan kerinduan terbang bebas kembali ke hutan. Atau bertanya dulu pada telinga, apa ingin didengar, pujian, permohonan, persembahan, atau hanya sebuah keinginan untuk bersuara tanpa berharap terdengar makna. Burung di dalam sangkar masih berbunyi di waktu sama setiap hari, berganti ganti telinga mendengarnya. Keramaian tak pernah menyusup ke dalam sangkarnya. Kulihat seorang pemilik telinga yang sangat akrab kukenal persis telingaku sendiri, berdiri mengamati seekor burung dalam satu sangkar yang sama setiap hari masih tak mengerti untuk siapa burung bernyanyi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar