Selasa, 23 Agustus 2011
tanpa judul
Perjalanan, aku terdiam memandang hitam di matamu, luasnya pekat. Janji ibu ketika menidurkan letih di balik selimut tipis, tak menghalangi dingin. Keheningan tak pernah memusuhi. Aku hanya tersedak mimpi buruk. Pohon berlari, sawah, ladang dan kebun berlari, rumah rumah berlari, tiang tiang besi berlari. Di kanan kiri mataku terpikat waktu. Hasrat tak menghitung jarak. Perjalanan menggetarkan sekujur tubuh, mengguncang lengan, di dadaku jantung berdetak, darah menghanyutkan kata, Mungkin kaubaca suatu hari ketika kau lewati kota yang belum mati. Kota yang menumbuhkan hijau ladang ladang tembakau dari puntung sigaret yang terbuang di sela percakapan, kepalaku di pundakmu*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar