Di sela deru mesin, debu dan asap jalanan dia melaju membawa tulisan di punggungnya,”Cintamu tak seberat muatanku.” Aku tersenyum sebelum bertanya padanya, mungkinkah dia yang menulisi punggungmu tak memahami kalimatnya sendiri. Ketika menuliskannya apakah dia berpikir punggungmu bisa membaca. Dia terus melaju tanpa menghiraukan tanyaku, terus melaju meninggalkanku. Aku merasa dungu mencoba memanusiakan sebuah truk tua yang menggugat takdirnya*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar