tangisan pertama
by Dian Aza on Thursday, March 24, 2011 at 11:53pm
Harihari terlalu panjang untuk menanti, sekaligus terlalu pendek untuk menapakkan jejak. Waktu, serupa kolomkolom berita atau suara renyah pembacanya di layar kaca, memilih kisah, yang mana hendak diurai atau dipenggal tanpa belas kasihan. Di antaranya anakanak manusia lahir, berkeras menantang dunia, tangisan pertama seolah berkata,”Selamat datang dunia.” Entah kepada siapa orok itu berteriak lantang, dinding bobrok rumahnya, perempuan tua yang sibuk mengurus tubuhnya, atau liang hangat yang baru saja ditinggalkannya. Sebab perempuan yang seharusnya mendengar dan menyambut tangisnya, pemilik rahim di mana beberapa saat yang lalu dia bernaung tak bisa lagi mendengar apapun, bahkan gelegar petir di luar tak akan pernah mengembalikan detak jantungnya. Orok itu terus menangis, perempuan tua membungkus tubuhnya dengan sehelai kebaya kumal, menggumamkan beberapa kata sambil menatap hujan dari balik jendela.
Kayu dan dinding bambu tak pernah mengeluh*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar