Kau menulis surat cinta terindah dengan gelembung udara. Kubaca dalam rongga dada. Kita tak bertukar kata dengan cinta, tapi cinta memberi cumacuma segala yang belum sempat kupinta. Air mata hanyalah nyanyian gembira kemarau untuk hujan pertama. Lalu kita kembali menanam mimpi di wajah matahari*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar