suarasuara di udara
by Dian Aza on Saturday, March 26, 2011 at 11:48am
Aku selalu mengetuk jendelamu setiap pagi. Sering ketika matamu masih terpejam, kuselipkan tanganku melewati lubang angin, kusentuh nafasmu yang sejuk, keluar masuk lewat hidung, Kau pasti tak tahu sering kali kuusap bibirmu, setengah terbuka selembut kelopak bunga. Tak sabar kutunggu kau terjaga, merenggangkan badan dan lenganmu, menghirup udara sepenuh paruparumu sambil mengerjapkan mata, ingin segera kupandangi jejak impian, tertinggal dalam matamu yang masih redup menyisakan kantuk.
Sangat kuhapal setiap gerakmu, mengangkat lengan ke udara, menggosok mata, menggaruk pipi dan tungkaimu yang kemerahan tergigit serangga. Kau pernah bilang waktu tidurmu adalah waktu pesta bagi mahluk kecil berkaki belang dan bermulut panjang, hebatnya mereka bisa terbang, biar mereka kenyang dan gemuk menghisap darahmu. Kutanya,”Kenapa ?” Kau cuma tertawa, kau tak mendengarku bertanya.
Kau juga tak pernah tahu, waktu tidurmu terasa sangat lama untukku. Bumi berputar lambat, bulan jadi satusatunya tempatku menitipkan rindu. Aku selalu berharap kau membaca pesan yang kukirimkan setiap malam, meski tak bisa kusertakan hangatku pada isyarat yang kuhantarkan lewat bulan. Setidaknya kau tersenyum ketika mendongakkan kepala, senyum yang sama yang selalu membuatku ingin segera tiba di sudut yang sama, di tempat di mana kaubisa kusapa dengan warnawarna mesra.
Aku tak pernah tahu, bagaimana kau bisa memahamiku, tapi semua sarang labalaba di segenap penjuru rumahmu pasti telah sangat mengenalku. Sarang labalaba yang selalu ingin kaujaga tetap di tempatnya, tak peduli orangorang mengataimu aneh, malas berbenah, manusia tak jelas. Tak sedikitpun meresahkanmu atau aku. Cukup bagiku terbenam di matamu yang memandang manja ke arah senja sebelum terpejam. Ya, kau juga menyayangiku, aku tahu, kau sangat menyayangiku dengan caramu yang tak kaumengerti. Sarang labalaba juga tahu pasti*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar