pusaran lapar
by Dian Aza on Thursday, March 10, 2011 at 9:19pm
Kuasah tajam ujung rambutku menusuk telunjuk, biar mengalir merah sekental amarah. Kugambar paruh angsa, terbang di selembar putih, menuju matahari, terbenam di mataku yang tak peduli.
Setelahnya kau boleh mengirimkan panas paling menyengat, menguapkan setiap butir air, tinggal tubuhku bersama setumpuk kristal gurih, mengawetkan mimpi ikan tentang penggorengan. Menjadi santapan bibirbibir pucat sehabis menyerahkan warnanya pada paruh angsa.
Ah tuhan, kau boleh tertawa, betapa muluk doaku, cuma demi sepotong ikan peda di meja makan yang pernah kulalaikan ketika aku terlalu sibuk bermain kata, atas nama cinta*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar