Kamis, 21 April 2011

paradoks siang

paradoks siang

by Dian Aza on Sunday, March 13, 2011 at 1:06pm
Agar senja rebah di setumpuk surat yang belum kaubaca, aku tekun menjahit jariku dengan jarum arloji hadiahmu. Titiktitik merah jatuh memecah kaca, membebaskan waktu dari lenganmu. Kau masih tekun bermimpi, kudengar kau berkata dalam tidurmu,”Tak akan pernah kubiarkan kau menunggu.”

Aku memohon lembah menjaga fajar jangan dulu terjaga, ketika kau masih memahat senja pada sebutir bola mata*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar