kabar gembira
by Dian Aza on Sunday, March 13, 2011 at 2:24pm
Kanan tak selalu bertambah, kiri tak akan habis. Yang mabuk mestinya tak bisa berhitung. Seperti ayam, babi , sapi dan burung onta, berjalan mondarmandir mengunyah rumput, sedang jariku sibuk menunjuk gambar sumur. Seperti itu pula hidup mesti berlangsung, memungut telur, daging, susu dan bulu ekor, sederhana, penuh berkah.
Mata biar terus merah, terus mengalirkan hangat untuk kalimatkalimat dahaga dalam segelas rasa muak. Kau mahir mengarak resah dalam tawa gelisah. Biar saja anakanak kita tak punya arah, tak usah mencari surga, neraka tak suka orangorang buta, tak pandai memilah emas dan kertas. Tapi ujung jari selalu bisa menyentuh setitik embun, tertinggal di batu karang, jembatan, atap gudang, pecahan kaca, roda sepeda, rumputrumput, terlindung selimut pinjaman kaum tuna wisma, jika sempat tertidur di tepi jalan saat ombak kiriman arak menerjang puncak kepala*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar