Kau menumpang terbang benang layang layangku. Tumbuh sedekat lengan ibu, melindungiku dari kegeraman rumah jagal dan kumuhnya kolong tempat tidurku. Memandikanku dengan air hangat ketika aku pulang terlambat dari pesta dansa pertamaku. Kaubisikkan angka angka yang akan muncul pada dua butir dadu demi kumenangkan boneka beruang besar berjubah sarjana.
Kita semakin dekat dan saling kenal. Seharusnya tak perlu kausebutkan nama dan asal usulmu. Mendadak kau menjadi sosok asing yang dingin, yang kucemaskan hanya bersikap ramah supaya aku mendekat agar kausergap di waktu yang tepat. Kau pasti meminta tebusan sangat tak masuk akal kalau aku ingin kaulepaskan.
Kau dan aku tak bisa bermain bersama lagi. Sungguh. Aku pasti masih akan menjadi teman dekatmu, seandainya tak kaukatakan siapa kau sebenarnya. Aku masih mengenang alangkah seru kaubidikkan kelereng masa kecilku pada kaki robot robotan itu. Kalau saja kau rela menipuku hingga aku tak pernah semakin mengenal dan dekat padamu, mungkin sore ini layang layangku masih merajai angkasa, mematahkan musuh musuhnya sambil meliuk dan memekik panjang*
Kita semakin dekat dan saling kenal. Seharusnya tak perlu kausebutkan nama dan asal usulmu. Mendadak kau menjadi sosok asing yang dingin, yang kucemaskan hanya bersikap ramah supaya aku mendekat agar kausergap di waktu yang tepat. Kau pasti meminta tebusan sangat tak masuk akal kalau aku ingin kaulepaskan.
Kau dan aku tak bisa bermain bersama lagi. Sungguh. Aku pasti masih akan menjadi teman dekatmu, seandainya tak kaukatakan siapa kau sebenarnya. Aku masih mengenang alangkah seru kaubidikkan kelereng masa kecilku pada kaki robot robotan itu. Kalau saja kau rela menipuku hingga aku tak pernah semakin mengenal dan dekat padamu, mungkin sore ini layang layangku masih merajai angkasa, mematahkan musuh musuhnya sambil meliuk dan memekik panjang*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar