Di mana menuliskan cinta, cinta usang terkoyak di pasar loak. Di bawah sinar lilin yang menetes di atas meja tua. Di mana lagi tempat cinta redup terbaca, lampu lampu megah menyilaukan mata. Dinding kokoh ingin melubangi dadanya agar mimpi kembang tengah malam menyusup, mengecup mesra mata setengah terbuka. Dengung serangga, lagu buaian bahasa rumput yang telah punah, ragu ragu mendekati telinga. Sayap sayap rapuh menggetarkan pesan. Di sini, tuliskan cinta tak berumah, tak berharga, tak terbaca*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar