Aku dilahirkan telanjang, tanpa pakaian, tanpa perhiasan, tanpa kecantikan.
Ada berapa pasang mata memandangku dengan rasa membuncah.
Mengulurkan tangan, membersihkan lendir dan darah,
menyelimuti dengan kelembutan dan kehangatan.
Ada berapa pasang mata memandangku dengan rasa membuncah.
Mengulurkan tangan, membersihkan lendir dan darah,
menyelimuti dengan kelembutan dan kehangatan.
Pada hari kematianku kelak, ada tangan lain menelanjangiku,
membersihkan debu, peluh, segala kotoran yang mungkin melekat menjelang ajal.
Tangan yang memandikan, mengurapi, menutupi ketelanjanganku
dengan wangi dan putih.
membersihkan debu, peluh, segala kotoran yang mungkin melekat menjelang ajal.
Tangan yang memandikan, mengurapi, menutupi ketelanjanganku
dengan wangi dan putih.
Tangan tangan lain menggali tanah, Mengangkat sebujur kaku tubuhku.
Mengantarku ke pelukan bumi. Jernih menggenangi matanya.
Menyusupkan harapan di gumpalan lumpur.
Menaburkan doa di antara kelopak bunga.
Mengantarku ke pelukan bumi. Jernih menggenangi matanya.
Menyusupkan harapan di gumpalan lumpur.
Menaburkan doa di antara kelopak bunga.
Aku tertidur di liang kubur tanpa mengingat satu namapun pemilik tangan dan mata dan kata kata. Mereka terhampar luas di sepanjang jalan, terserak atau terinjak, tak patah
menumbuhkan daun daun kecil di segala ranting*
menumbuhkan daun daun kecil di segala ranting*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar