Malam sama. Jalan sama.
Mencari tepi.
Di tiap tikungan dan bayangan
kau beterbangan mengulurkan tangan*
Senin, 19 Desember 2011
maqam
Badai mana yang tak indah dan tak gelora.
Hanya jemariku yang tak ingin mengatakan kebenaran.
Yang segan pada pengingkaran, yang gentar pada pemberontakan dan api abadi dari serpihan yang berjatuhan di atas mejamu. Akulah satu satunya pecundang, bukankah sangat layak dirayakan.
Mari bersulang untuk kekalahan*
Hanya jemariku yang tak ingin mengatakan kebenaran.
Yang segan pada pengingkaran, yang gentar pada pemberontakan dan api abadi dari serpihan yang berjatuhan di atas mejamu. Akulah satu satunya pecundang, bukankah sangat layak dirayakan.
Mari bersulang untuk kekalahan*
Minggu, 04 Desember 2011
arsir
Kontes keindahan digelar di segala tempat. Memenangkan setiap peserta. Jurinya pasti pada buta. Seperti aku. Buta dan berseru lantang mengandalkan ujung pensil yang sama, yang menggambar aneka bentuk benda benda, wajah wajah, bayang bayang, tiang tiang, lingkaran lingkaran. Satu ujung pensil cukup melukis seluruh kenangan dan harapan, sebelum tanpa sengaja patah ketika kauajak bercanda. Dan kau punya perautnya, menyenangkan memutar tuasnya, meruncingkan ujung pensil yang sama. Kau selalu juara, aku selalu buta*
Langganan:
Postingan (Atom)